Rabu, 25 Juni 2014

Antara Old Eagle dengan T-50i Golden Eagle



Menkopolhukkam dan Kasau dengan dua Penerbang T-50i (foto khusus Menko)
 
Pagi hari Rabu (12/2/2014) saat penulis melihat updates BB, salah satu account dari pertemanan penulis  bernama Beetle telah berganti profile picture. Menggunakan overal berwarna hijau, masih gagah, berfoto di muka pesawat T-50i Golden Eagle. Beetle adalah call sign pribadi sebagai penerbang tempur  yang tetap melekat dari Menko Polhukkam, Marsekal TNI (Pur) Djoko Suyanto, yang berkiprah cukup lama sebagai penerbang tempur di Lanud Iswahyudi, Madiun. Sementara T-50i Golden Eagle adalah pesawat terbaru yang diserahkan pemerintah kepada TNI AU untuk dioperasikan sebagai pesawat transisi bagi penerbang tempur di Lanud Iswahyudi Madiun menggantikan pesawat Hawk MK-53 di Skadron Udara 15.
Pagi itu Beetle melakukan uji coba menjajal kecanggihan Golden Eagle bersama-sama dengan Kepala Staf TNI AU Marsekal TNI Putu Dunia yang juga penerbang tempur. Formasi dua pesawat dengan call sign Golden Flight, dimana  Djoko Suyanto terbang bersama dengan Komandan Skadron Udara 15 Letkol Pnb Wastun dengan pesawat TT 5004, sementara Kasau menggunakan pesawat TT 5008 bersama mayor Pnb Hendra Supriyadi. Penerbangan uji coba dilaksanakan sekitar satu jam dari Lanud Halim menuju training area Pelabuhan Ratu dan kembali ke Halim. Selama penerbangan, Beetle yang juga membahasakan dirinya Old Eagle merasakan beberapa manuver seperti Loop, Barrell roll, disamping melakukan terbang formasi . Setelah mendarat dikatakannya, pesawat ini canggih, mampu menjawab kebutuhan TNI AU dimasa mendatang, dan akan mencetak para penerbang tempur handal yang siap mempertahankan dirgantara Indonesia.
Demikian kecintaan penerbang tempur diusia senja ini, Beetle mengirim pesan kepada penulis "Old Eagle who still love to fly and fight." Beetle termasuk salah satu dari sedikit  penerbang tempur TNI AU yang pernah mengikuti pendidikan sekolah  USAF Fighter Weapon Instructor School di Pangkalan Udara Nellis, Las Vegas, Nevada, Amerika Serikat. Sekolah ini adalah standard pendidikan  penerbang tempur tertinggi di USAF (United States Air Force). Pendidikan dengan persyaratan berat karena belum tentu  semua penerbang tempur di Amerika-pun bisa lolos dan masuk dalam pendidikan tersebut. Dengan disiplin yang tinggi, fisik prima dan kecerdasan diatas rata-rata, Beetle berhasil lulus, saat itu bersama-sama Letkol Pnb Suprihadi, yang kini purnawirawan TNI AU dengan pangkat Marsekal Madya, mantan Sekjen Dephan tersebut, merupakan  adik ipar penulis.
Setelah mendarat, Kasau menjelaskan, "Pesawat T 50i Golden Eagle buatan Korea ini yang nantinya akan dioperasikan di Skadron Udara 15 Wing 3 Lanud Iswahyudi Madiun, menggantikan Pesawat Hawk MK 53 setelah dioperasikan sejak tahun delapan puluhan," katanya. Bagi TNI AU, kedatangan 16 Golden Eagle merupakan sebuah penantian panjang yang sangat dibutuhkan dalam rangka transisi, mempersiapkan para penerbang tempur untuk mengawaki pesawat yang lebih canggih seperti F-16 serta Sukhoi 27/30. Pesawat ini juga sebagian akan dipergunakan sebagai pesawat aerobatic, (Jupiter Aerobatic Team). Dalam kondisi khusus, Golden Eagle juga akan dipergunakan sebagai pesawat serang ringan. Skadron 15 ini pernah mengalami kesulitan dalam pengadaan suku cadang MK-53 karena dilakukannya embargo pada masa lalu oleh Inggris, sebagai akibat tuduhan penggunaan Hawk untuk operasi Seroja di Timtim.

Serah Terima T-50i Golden Eagle

Kedatangan pesawat T-50i Golden Eagle menjadi kekuatan (alutsista) TNI AU merupakan kebanggaan serta sebua penantian panjang bagi para penerbang tempur. TNI AU memang merencanakan mengganti pesawat latih Hawk MK-53 dengan pesawat baru dan dituangkan  dalam rencana strategis (Renstra) 2005-2009.  Mabes TNI AU yang berencana melakukan penggantian sejumlah alutsistanya, seperti OV-10 Bronco, F-5 Tiger, pesawat angkut Fokker-27, Helicopter  Sikorsky dan Hawk Mk-53.
Saat Kasau dijabat oleh Marsekal Imam Sufaat, dikatakannya bahwa TNI AU telah menyeleksi empat jenis pesawat sebagai pengganti Hawk Mk-53 dan keempatnya akan memasuki seleksi akhir sebelum penentuan final.  Keempat tipe pesawat yang lolos ke seleksi tahap akhir adalah Yakovlev Yak 130 buatan Rusia, FTC2000 (Guizhou JL-9) buatan China, Aero L-159 buatan Ceko dan yang terakhir T-50 Golden Eagle buatan Korea Selatan. Tidak ada satupun pesawat buatan negara Barat yang masuk dalam pilihan.
Yakovlev Yak 130 merupakan pesawat jet latih subsonik buatan Rusia yang mulai terbang perdana pada 26 April 1996, Yak 130 sendiri mempunyai 2 varian yakni advanced trainer dan light attack. Guizhou JL-9 atau lebih dikenal dengan FTC-2000 Mountain Eagle (Shanying) pesawat tempur dengan tempat duduk ganda/double seater hasil pengembangan dari Guizhou Aircraft industry Corporation, China. Pesawat ini dipergunakan sebagai transisi para penerbang temppur China menyongsong pesawat generasi baru China, seperti Chengdu J-10, Shenyang J-11, Sukhoi Su-27SK dan Sukhoi Su-30MKK. Untuk pesawat L-159 buatan Rep. Ceko, sama halnya Yak-130 pesawat ini juga dibuat dalam dua versi yaitu versi trainer dengan tempat duduk ganda dan versi LCA (Light Combat Aircraft) dengan tempat duduk tunggal.
Pilihan keempat adalah pesawat T-50 Golden Eagle buatan Korea Selatan. Pada awalnya pesawat ini lebih dikenal dengan KTX-2 pesawat latih dan tempur ringan yang diproduksi dan diperuntukan bagi Republik of Korea Air Force (ROKAF). Pesawat latih supersonik seharga US $21 juta dolar (tahun 2008) ini menjanjikan banyak fitur canggih didalamnya. Dalam seleksi terakhir, T-50i Golden Eagle memenangkan persaingan. Pada tanggal 13 Februari 2014, secara resmi ke-16 pesawat Golden Eagle tersebut diserahkan ke Mabes TNI.
Sebelum penyerahan dilakukan penyerahan oleh Presiden Korea Aerospace Industry kepada Menhan RI yang diwakili Dirjen Ranahan. Acara serah terima pesawat T-50i itu disaksikan langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Menhan Purnomo Yusgiantoro, Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI Budiman, KSAL Laksamana TNI Marsetio, dan KSAU Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia, di Taxi Way Echo Lanud Halim Perdanaksuma.
Menhan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, penyerahan pesawat itu merupakan pelaksanaan kontrak yang ditandatangani pada 25 Mei 2011 dimana dalam kontrak pembelian, ke 16 pesawat tersebut dibeli dengan harga US$ 400 juta. Dikatakannya, "Pesawat ini akan meningkatkan peran TNI dalam mengemban tugas yang lebih besar menghadapi tantangan yang lebih kompleks dimasa mendatang." Selanjutnya dikatakan, "Dengan hadirnya  pesawat T-50i tersebut, maka status pembangunan kekuatan matra udara pada renstra 2010-2014 dalam rangka modernisasi alutsista yaitu skadron pesawat tempur strategis Sukhoi telah lengkap sebanyak 16 unit," ungkapnya.
Menurut Menhan, tahun ini akan datang 24 pesawat tempur F-16 setara Blok 52 buatan Amerika Serikat. Sampai awal semester II tahun 2014 akan datang lengkap 16 pesawat tempur Super Tucano untuk melengkapi satu skadron dalam rangka mendukung operasi pengaman dalam negeri. TNI AU juga akan diperkuat  UAV atau pesawat terbang tanpa awak  dalam rangka memperkuat operasi pemantauan perbatasan yang dipusatkan di Lanud Supadio Pontianak.
Menhan juga mengatakan, untuk pesawat angkut sedang, telah tiba di Indonesia sebagian besar dari 9 unit pesawat CN-295 yang merupakan hasil kerjasama produksi antara PT DI dengan Airbus Military dan rencananya akan menjadi satu skadron CN-295, juga akan tiba  2 unit CN-235 serta 1 unit Casa-212 sebagai pesawat angkut ringan.
Dalam rangka mendukung kegiatan airlift dan OMSP, telah dilakukan penambahan kekuatan sebanyak 9  pesawat angkut berat Hercules C-130H yang sudah mulai tiba secara bertahap. TNI AU juga telah menerima dan mengoperasikan pesawat latih lanjut KT-1B Wong Be buatan Korea Selatan yang digunakan oleh Tim Aerobatik TNI AU, Jupiter sebanyak 1 skadron.
Dilakukan juga peremajaan pesawat latih TNI AU  dengan mengganti pesawat latih T-34 C dan AS-202 Bravo yang sudah berusia sekitar 30 tahun dengan pesawat latih generasi baru yaitu Grob G-120 TP buatan Jerman sebanyak 18 unit yang rencananya akan dilengkapi menjadi 24 unit. Untuk jenis Helicopter TNi AU mendapat tambahan kekuatan beberapa jenis Helikopter yaitu Helly Super Puma NAS-332 sebanyak 3 unit dan Helly Full Combat SAR EC-725 Cougar dari Euro Copter sebanyak 6 unit.
Menurut Menhan, pemerintah Korea Selatan menyatakan akan melanjutkan kerjasama proyek pesawat KFX/IFX, pesawat tempur generasi 4,5  yang sempat terhenti. TNI AU juga sudah dan akan dilengkapi dengan tujuh buah radar diantaranya akan dipasang di Merauke, Saumlaki, Timika dan Morotai. Dengan demikian wilayah Timur akan tercover penuh.
Itulah perkembangan menggembirakan menyangkut perkuatan dan modernisasi alutsista TNI AU disamping juga modernisasi TNI AD dan TNI AL. Kini menjadi tugas berat bagi TNI AU, bahwa penambahan kekuatan serta modernisasi alutsista juga menuntut adanya peningkatan serta keseriusan dan fokus bagi setiap insan udara. Dibelikan pesawat mudah apabila keuangan negara memungkinkan, akan tetapi yang sulit adalah bagaimana TNI AU harus menjaga dan mempertahankan zero accident. Penyiapan sumber daya manusia serta dukungan operasi dan manajemen serta anggaran yang memadai merupakan tuntutan masa depan yang tidak sederhana dan mudah dilaksanakan.
Kepercayaan serta upaya keras dalam beberapa tahun dari akhir pemerintahan Presiden SBY dalam membenahi dan meningkatkan "daya kepruk" TNI AU jangan sampai disia-siakan. Justru menurut penulis disitulah sebuah awal tantangan bagi para generasi penerus TNI AU dalam mengelola alutsistanya untuk tetap mampu menjaga dirgantara Indonesia. Kekuatan Udara adalah penyerang strategis yang dapat mencapai garis belakang musuh, dan sekaligus mempertahankan wilayah dari serangan dalam bentuk pertahanan udara. Sekali saja mereka yang mengawaki tidak mumpuni dalam ajang persaingan dan profesionalisme sebagai insan udara, maka semuanya akan tidak bermakna.
Yang perlu juga diingat, semua yang dibeli itu berasal dari uang rakyat, uang kita bersama, karena itu jagalah kepercayaan serta amanah yang diemban. Selamat kepada para pejabat dan Anggota TNI AU, selamat bertugas dalam era modernisasi alutsista. Good Luck (Old Soldier Never Die).
Penulis: 
Marsda TNI (Pur) Prayitno Ramelan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar